Kisah Inspirasi Emak Aku Ingin Kuliah Bagian 2

Bagian - 2
Kisah berikut adalah sinopsis dari Novel
"EMAK AKU INGIN KULIAH".
Tentang Perjalanan Dari Putus Sekolah Menuju Kuliah.
Karya Agus JP


Lanjutan dari bagian 1 (Baca dulu bagian pertamanya disini)

Dihari berikutnya aku bertemu dengan Bu Misroh, Guru Sosiologiku. Beliau tiba-tiba bertanya kepadaku. “Agus, masih ingat tentang janji ibu dulu kepadamu?” Tanya Bu Misroh. “Janji apa bu ?“ aku balik bertanya. “Dulu ibu sempat menjanjikan, siapa yang dapat nilai tertinggi sosiolosgi di UAN kali ini akan ibu beri hadiah” bu Misroh menjelaskan. Aku baru ingat, dan ternyata nilai sosiologiku adalah yang tertinggi disekolahku saat itu. Aku berfikir pasti bu Misroh akan memberikan hadiah novel seperti hadiah-hadiahnya yang dulu, sudah dua kali aku menerima hadiah novel dari beliau saat Ujian Semesteran karena aku memperoleh nilai sosiologi tertingi. Tapi dugaanku kali ini meleset jauh. “Gus, maukah kau kuberi hadiah untuk ibu daftarkan ujian SNMPTN ? tapi syaratnya adalah tujuannya di Universitas Negeri Semarang, karena ibu juga ambil S2 disana. Apakah kamu menerimannya ?” Tanya bu Misroh.

Sungguh saat itu aku sangat kaget dan senang sekali mendengar penawaran hadiah itu. Satelah aku fikir aku pun menerimanya. Sejak saat itu gelora semangatku untuk kuliah tumbuh kembali setelah terkubur sangat dalam. Mungkin inilah jalan dari Allah yang dulu disampaikan bu Chusnul.

Semua teknis pendaftaran bu Misroh yang atur dan aku hanya sedikit-sedikit mengurusi. Biaya ujian saat itu sebesar Rp 175.000,00 ditanggung beliau. Aku diberi tahu bu Misroh bahwa nanti ujianku di SMAN 1 Semarang. Saat itu banyak guruku yang turut membantuku, beda saat aku dulu mendaftar di Surabaya. Pak Lagiyo, guru ekonomiku mencarikanku tempat menginap di Semarang, jadi supaya tidak akan terlantar lagi seperti di Surabaya. Beliau menelfon temannya yang rumahnya ada disekitar SMAN 1 Semarang. Alhamdulillah ada, namanya mbak Mulyani.  Aku juga diberi tahu guru-guruku bahwa SMAN 1 Semarang berada didepan Universitas Diponegoro di dekat kawasan Simpang Lima Semarang.

Aku berangkat sendiri ke Semarang satu hari sebelum ujian. Sebenarnya aku juga belum tahu pasti dimana letak SMAN 1 Semarang, tapi tetap semangat saja demi menghemat pengeluaaran. Aku naik bus dari Pati, sekitar dua jam sampailah aku diterminal Terboyo Semarang. Setelah itu naik bus yang kata supirnya melewati Universitas Diponegoro. Aku duduk termenung didalam bus karena tidak ada teman yang bias diajak bicara. Aku menikmati perjalananku saat itu, melihat kota Semarang dan tetap teliti jika terlihat kampus Undip, aku bisa turun disitu fikirku. Sekitar setengah jam perjalanan dari terminal, aku melihat papan yang bertuliska Universitas diponegoro. Aku pun seketika meminta berhenti pada sopirnya, setelah turun aku bertanya-tanya pada orang-orang disekitar situ. “Permisi pak, mau Tanya. Kampus Undip sebelah mana ya pak?” tanyaku. Bapak itu menjawab “Dik, ini juga kampus Undip, disana juga ada kampus undip dan disana lagi juga ada kampus Undip”. Aku tambah bingung, aku Tanya lagi “Pak kalau kampusnya yang dekat SMAN 1 Semarang sebelah mana ya pak ?”. “O… itu, wah adik salah turun. Kalau itu masih jauh, silahkan naik bus lagi” jawab bapak itu menerangkan dan menyetopkan bus untukku. Aku pun naik bus lagi, dan sampailah aku di kampus Undip yang ramai sekali dan aku turun disitu. Setelah itu aku tanya lagi dengan orang disitu, dan ternyata SMAN 1 Semarang telah terlewat olehku. Aku pun naik angkutan lagi, baru setelah ini aku bisa sampai di SMAN 1 Semarang. Setelah sampai aku segera menelfon mbak Mulyani bahwa aku telah sampai di Semarang, tepatnya sudah sampai di SMAN 1 Semarang serta aku menanyakan bagaimana aku bias sampai kerumahnya. Beliau lalu menjelaskan letak rumahnya secara rinci. Aku terus naik angkot menuju rumahnya, aku turun didekat gedung Wanita, aku mulai masuk dan menyusuri gang-gang perumahan. Aku sempat salah rumah salah rumah waktu itu, karena ada orang yang namanya sama dengan mbak mulyani. padahal sudah kira-kira setengah jam aku berada dirumah itu berbincang-bincang dengan orang tua dirumah itu, dan ternyata malahan salah orang yang aku tuju. Akhirnya aku ditujukan kepada rumah mbak Mulyani yang kedua, yang memang benar-benar menjadi tujuanku. Sampai disana aku disambut dengan hangat oleh mbak Mulyani dan kedua orang tuanya. Setelah berbincang-bincang sebentar aku langsung pamit istirahat karena capek sekali tadi sempat muter-muter dan salah rumah.

Hari pertama SNMPTN tiba, aku pun berangkat menuju SMAN 1 Semarang. Alhamdulillah ujian hari pertama berjalan dengan lancar dan aku mendapat kenalan teman cowok yang berasal dari Pati juga, namanya Febri. Setelah berbincang-bincang cukup panjang dia mengajakku untuk menginap dikos temennya. Karena nanti temennya yang ditumpangi itu mau pulang Pati, dan dia sendirian. Setelah berfikir, aku pun terus menyetujuinya. Karena aku agak sungkan dengan kebaikan dan berbagai fasilitas yang banyak diberikan keluarga mbak Mulyani padaku. Setelah selesai ujian aku ajak Febri untuk ke rumah mbak Mulyani untuk menemaniku berpamitan dengan mbak Mulyani dan orang tuanya. Setelah itu aku bergegas menuju kos temennya febri yang berada di dekitar Udinus ( Universitas Dian Nuswantoro). Kami naik angkot sampai sekitar Tugu Muda Semarang. Setelah itu jalan kaki, dan tak aku duga ternyata Febri belum hafal jalan menuju kos temennya itu. Kami pun berputar-putar disekitar kampus Udinus cukup lama, menyusuri gang-gang hingga kami lelah. Kami pun beristirahat sejenak dan Febri menelfon temennya itu yang ternyata belum pulang. Alhamdulillah, kami dijemput hingga akhirnya sampai juga aku dikos temennya itu.

Hari kedua SNMPTN tiba, ujian pada hari itu pun berjalan dengan lancar. Setelah itu aku langsung pulang menuju Pati bersama Febri. Alhamdulillah selamat sampai rumah. Selanjutnya tinggal menunggu pengumuman SNMPTN itu. Setelah selang sekitar satu bulan, pengumumannya tiba. Aku pergi ke warnet untuk melihat pengumuman itu, setelah login aku melihat-lihat pengumumannya. Aku cari dengan tergesa-gesa, dimana ini tulisan lolos atau tidaknya aku mencari-cari. Ternyata tulisannya itu kecil disebelah atas, disitu tertulis. Pedaftar yang bernama Agus Joko Prasetyo dinyatakan “LOLOS SELEKSI SNMPTN”, diterima di Universitas negeri Semarang di Progam studi Pendidikan Administrasi Perkantoran. Aku bersyukur sekali akhirnya aku lolos. Aku beritaukan itu kepada keluargaku, Bu Misroh, Pak Ali dan mbak Mulyani serta yang lainnya. Kini tinggal menunggu pengumuman bidikmisinya, aku berharap bisa diterima juga sehingga aku bias kuliah

Suatu hari rumahku didatangi seorang pegawai yang berdandan rapi, beliau memperkenalkan diri dan ditugaskan dari Unnes. Aku sangat kaget dan senang, aku kira itu adalah pegawai itu akan menyampaikan bahwa aku lolos diterima mendapat bidikmisi. Tapi ternyata itu bapak-bapak itu hanya ditugasi mensurveiku, apakah aku layak mendapat bidikmisi atau tidak dilihat dari keadaan rumah dan kondisi keluarga dilapangan. Bapak-bapak itu menanyaiku dan keluargaku dengan detail sekali dan juga memfoto-foto keadaan rumahku. Setelah itu bapak itu memberi tahuku tentang tanggal pengumumannya dan setelah itu beliau pamit pulang.

Setelah menunggu beberapa hari akhirnya pengumuman bidikmisi pun tiba, aku datang ke warnet dan membuka pengumumannya. Aku lihat nama-nama yang lolos, kubaca dari atas. Sekitar dua puluh nama sudah aku baca tapi aku belum menemukan namaku, mencari dari seratus kuota yang tersedia. Aku berfikir “ apakah aku tidak lolos, ah mungkin namaku berada dibawah. Karena pasti yang diatas itu adalah nama anak-anak yang lebih pintar dariku”. Aku pun membaca dari bawah, terlihat nama-nama yang tidak lolos bidikmisinya dan diterima sebagai mahasiswa regular. Alhamdulillah aku akhirnya menemukan namaku, Agus Joko Prasetyo. Disitu tertulis, “Diterima sebagai mahasiswa bidikmisi”. Aku sangat bersyukur sekali. Aku langsung memberitahukan itu kepada guru-guruku dan keluargaku. Dipengumuman itu juga diumumkan bahwa untuk melakukan lapor diri dan verivikasi di Unnes langsung.

Waktu verivikasi tiba, aku berangkat ke Unnes dengan penuh semangat berbekal uang seadanya. Sekitar empat jam aku sampai di Unnes, aku langsung menuju Auditorium Unnes tempat verivikasinya.
 Aku mengikuti beberapa mahasiswa baru juga yang akan verivikasi yang kebetulan berbarengan denganku saat naik angkutan menuju Unnes. Aku sampai disana pada siang hari, terlihat sudah banyak sekali mahasiswa yang sama sepertiku yang sedang antri yang itu cukup panjang sekali antriannya. Ditengah-tengah antrian aku ditawari banyak penjual makanan, tapi aku menolaknya. Karena aku menghitung-hitung uang yang aku bawa cuma sedikit. Jadi terpaksa harus irit, walau saaat itu sangat lapar sekali. Sampai akhirnya aku cuma membeli sebungkus tahu goreng untuk mengganjal perutku yang lapar.

Disaat verivikasi aku berkenalan dengan dua teman baru, yaitu Herdi dan Edo, merekalah yang menjadi teman bercanda tawaku dan kesana kemari saat verivikasi. Tak aku sangka saat verivikasi masih ada bayar-bayar lagi, aku lihat uangku jika aku membayarkan uangku pasti nanti aku kesulitan untuk pulang ke Pati. Tapi Alhamdulillah Herdi dan Edo menawariku untuk meminjamkan uangnya kepadaku, aku sangat berterima kasih sekali pada mereka karena sudah mau membantuku walau baru kenal denganku.

Lama sekali verivikasi itu, tak aku kira sampai malam setelah magrib aku baru selesai verivikasinya. Setelah selesai itu aku terus menghubungi nomer kos-kosan yang diberikan penjaga warnet didesaku yang sering aku kunjungi untuk mencari informasi dan membuka pengumuman-pengumuman di Unnes yang kebetulan ternyata penjaga warnet itu juga kuliah di Unnes. Aku telfon pemilik nomer itu, namanya adalah Kang Maryono. Alhamdulillah dia bersedia menerimaku untuk menginap satu malam disana dan bersedia menjemputku di Auditorium. Setelah sampai dikos dan berkenalan dengan orang-orang yang ada dikos itu aku langsung istirahat.
Pada tengah malam, aku terbangun dari tidurku. Rasa lapar diperutku telah membangunkanku, karena dari tadi siang aku belum makan. Untuk mengisi perutku itu aku hanya meminta air putih dikos itu, dan sesekali saat lapar aku minum air putih itu. Hingga aku bisa tidur lagi malam itu. Pagi harinya aku segera pamitan pulang ke Pati. Sempat khawatir menghinggapi fikiranku, apakah uang yang aku punya waktu itu masih cukup untuk biaya pulang sampai rumahku. Aku berfikir jika uangku tak cukup, maka akan aku jual handphone jadulku yang aku miliki selakunya. Tapi Alhamdulillah uang yang aku bawa masih cukup hingga aku sampai rumah, walau sangat mepet sekali. Sampai dirumah aku langsung mengobati rasa lapar diperutku yang dari kemarin belum makan. Setelah hari itu, tinggal menunggu hari masuk kuliah di Unnes, aku sangat menunggu saat itu tiba.

Saat waktu menunggu untuk masuk kuliah, tiba-tiba aku mendapat telfon dari Unnes. Aku sangat kaget sekali. Dikatakan dari petugas yang menelfonku, bahwa aku diterima bidikmisi didua perguruan tinggi yaitu di Universitas Negeri Semarang dan di IAIN Walisongo Semarang. Jika aku tidak segera mengurusi dan mengundurkan diri disalah satunya maka bidikmisi yang aku terima terancang gagal. Aku bingung sekali waktu itu, masih ada cobaan lagi dalam aku untuk bisa kuliah tapi aku tetap semangat mengurusi itu. Aku pastikan pengumuman yang diberikan pihak Unnes kepadaku itu. Aku buka website IAIN Walisongo dan disitu tetap tak aku lihat pengumuman yang menyatakan aku diterima disana. Aku pun juga menelfon pihak IAIN menanyakan hal itu, dan dari petugas yang aku telfon dikatakan bahwa memang tidak ada namaku sebagai penerima bidikmisi disana. Aku kembali menghubungi petugas unnes yang menelfonku itu, aku sampaikan tentang bahwa aku tidak diterima di IAIN. Tapi dari petugas Unnes itu menerangkan padaku dengan baik dan ramah bahwa data dari Jakarta bahwa aku diterima didua tempat. Karena itu, aku pun segera membuat surat pernyataan pengunduran diri dari bidikmisi di IAIN Walisongo Semarang. Dikarenakan aku sudah melakukan verivikasi dan lapor diri di Unnes, dan yang di IAIN aku belum apa-apa. Kufikir lebih baik di Unnes saja, karena aku sudah banyak berkorban dari awal tes sampai dulu menahan lapar saat verivikasi. Andai saja saat itu aku tahunya aku diterimadi dua perguruan tinggi  sebagai penerima bidikmisi, pasti aku sangat bingung sekali memilihnya antara Unnes dan IAIN Walisongo. Tapi sungguh aku tidak pernah berniat untuk bisa diterima di dua perguruan tinggi sebagai penerima bidikmisi, aku mendaftar bidikmisi di Unnes juga karena aku sudah merasa gagal di IAIN Walisongo saat itu. Aku tidak ingin merebut peluang orang-orang yang sama seperti aku yang ingin kuliah jika aku diterima di dua tempat.

Aku pun berangkat ke Semarang dengan mengajak tetanggaku dengan membawa motor, supaya lebih cepat sampai Semarang. Karena itu memang harus diurus secepatnya, supaya aku bisa tetap kuliah. Dua jam aku sampai di Unnes, aku terus mencari petugas yang menelfonku tadi dan Alhamdulillah segera bertemu. Beliau tetap menerangkan padaku dengan baik dan ramah, aku sangat senang sekali dengan pelayanan yang diberikan saat itu. Beliau juga memperlihatkan lembar keterangan bahwa diriku diterima didua perguruan tinggi yang bersal dari Jakarta, terang beliau. Setelah itu aku pergi ke IAIN Walisongo, dengan banyak sekali bertanya akhirnya aku sampai disana walau sempat berputar-putar karena tidak tahu jalan. Sampai disana aku langsung menerangkan bahwa aku yang menelfon tadi dan aku menyerahkan bukti lembar keterangan yang bersumber dari Jakarta bahwa aku diterima bidikmisi di IAIN Walisongo juga. Petugas yang aku temui itu langsung pergi ke komputernya dan mulai mengotak atik isi didalam komputernya. Setelah beberapa saat, akhirnya beliau menemuiku dan menjelaskan ternyata aku itu dulunya adalah dimasukan dalam cadangan bidikmisi disana dan ternyata di Jakarta dinyatakan lolos bidikmisi di IAIN Walisongo. Setelah mendengar itu aku langsung menjelaskan bahwa aku mengundurkan diri mendapat bidikmisi disana dan menyerahkan surat pernyatan pengunduran diriku, yang sebelumnya fotokopiannya sudah aku serahkan ke Unnes sebelum ke IAIN tadi. Aku menjelaskan alasanku kenapa mengundurkan bidikmisi dari IAIN Walisongo karena aku sudah verivikasi di Unnes dan banyak sekali pengorbanan yang telah aku lakukakn untuk bisa sampai di Unnes, sedangkan untuk di IAIN Walisongo belum lakukan apa-apa. Akhirnya beliau mau menerima pengunduranku itu dengan penuh pengertian. Setelah itu aku langsung pulang ke Pati dengan rasa lega tapi sangat was-was.

Apakah masalah ini akan menghambatku masuk kuliah. Aku berharap masalah itu segera terselesaikan, dan aku jadi dapat bidikmisi di Unnes. Berhari-hari aku sangat dihantui fikiran takut tidak jadi dapat bidikmisi. Tapi alhamdulillah, hingga waktunya masuk kuliah tidak ada informasi bahwa bidikmisiku dibatalkan. Akhirnya aku bisa kuliah di Universitas Negeri Semarang dengan mendapatkan bidikmisi.

Aku sangat bersyukur sekali pada Allah. Aku juga senang, perjuanganku untuk kuliah selama ini akhirnya membuahkan hasil. Memang benar jika kita punya cita-cita, jika ada niat dan kemauan disertai usaha dan doa untuk meraihnya, niscaya Allah akan memberikan jalan untuk itu. Allah juga yang lebih tau mana yang terbaik bagi kita, maka harus tetap berfikir positif dan bersyukur dengan apapun yang terjadi serta tetap semangat untuk jalani kehidupan. Itulah cerita perjalananku, cerita perjuanganku untuk bisa kuliah. Berjuang penuh semangat untuk meraih bidikmisi, berjuang mewujudkan jalan meraih mimpi-mimpiku.

0 Response to "Kisah Inspirasi Emak Aku Ingin Kuliah Bagian 2"

Post a Comment

BERLANGGANAN GRATIS VIA EMAIL

Dapatkan Artikel Terbaru Dari AJP Creations Melalui Email Anda. Jangan lupa cek kotak masuk di emailnya untuk mengaktifkan fitur pengiriman, setelah klik berlangganan di bawah ini.